Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat supaya mewaspadai penyebaran informasi tidak benar atau akrab disebut hoax.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan gempa tak dapat diprediksi. Sampai saat ini, kata dia, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) belum mampu memprediksi kapan, dimana dan berapa besar gempa akan terjadi.
“Oleh karena itu jika menerima informasi akan terjadi gempa bahkan dengan spesifik mengatakan besar, waktu dan lokasi itu adalah Hoax. Jadi jangan ikut-ikutan menyebarkan di medsos,” tutur Sutopo, Rabu (24/1/2018).
Menurut dia, gempa adalah keniscayaan. Selama kurun waktu satu tahun rata-rata kejadian gempa di Indonesia mencapai 6.000 kali gempa. Begitu juga gempa di selatan Jawa yang merupakan zona sepi gempa besar.
Baca: Pergi Tanpa Pesan Perpisahan, Pesan Sys NS Ini Selalu Diingat Putrinya
Dia menjelaskan, zona selatan Jawa khususnya dari segmen Pangandaran hingga Pacitan dan Banyuwangi adalah zona seismic gap. Lempeng Indo Australia dan Eurasia di selatan Jawa ini aktif bergerak rata-rata dengan kecepatan 6,6 cm per tahun.
Ratusan tahun tanpa gempa besar sehingga energi terkunci. Artinya ada potensi besar. Suatu saat bisa lepas energi menjadi gempa dan membangkitkan tsunami. Namun kapan terjadi? Dia mengaku tidak tahu pasti.
“Untuk itu perlu meningkatkan kewaspadaan. Persiapan dan mitigasi menghadapi gempa harus ditingkatkan. Tata ruang, building code, kesiapsiagaan, dan lainnya harus ditingkatkan agar selalu siap menghadapi kondisi terburuk,” kata dia.
Sebelumnya, gempa bumi berkekuatan 6,1 SR dengan pusat gempa di laut berjarak 43 km barat daya Kabupaten Lebak Provinsi Banten pada Selasa (23/1/2018) pukul 13.34 WIB, mengejutkan masyarakat. Gempa menimbulkan korban jiwa luka-luka dan kerusakan bangunan.
Data sementara dampak gempa 6,1 SR terdapat 479 rumah rusak yang terdapat di wilayah Banten dan Jawa Barat. Sebagian besar kerusakan rumah dan bangunan akibat minimnya konstruksi menahan gempa.