TRIBUNNERS – Perpolitikan nasional kita saat ini sungguh memprihatinkan. Dalam pulasan besar, kita melihat fenomena betapa banyak pihak seolah terperangkap pada satu pemahama : segala cara dan alat dihalalkan untuk merebut kekuasaan.
Fenomena sikap dan tindakan para politisi seperti ini membuat kita hafal sejumlah kosa kata: Fitnah, Intrik dan terakhir yang kian popular, Hoax.
Tentu tak ada asap tanpa api. Jika kata sifat yang kini memenuhi kepala masyarakat itu sebagai asapnya, maka ucapan dan tindakan para elit politik bersama teamnya adalah sumber apinya.
Peristiwa Pemilu seperti Pilpres dan Pileg, seharusnya disadari sebagai sebuah peristiwa budaya.
Di situ ada sistem nilai yang dipraktekan. Di situ ada sistem sosial yang bekerja. Dari situ akan dilahirkan karya berupa tatanan negara untuk masyarakat adil dan makmur. Dari situ akan dilahirkan pemimpin sebagai pemikul amanah. Dari situ kita makin membentuk Keinginan Nasional, Cita-cita Nasional dan Kerja Kolektif secara nasional.
Baca: Anies Sebut Proyek LRT Sumbat Saluran Air hingga Sebabkan Banjir
Dengan peristiwa politik yang memperjuangkan kemaslahatan orang banyak itu pula kita menjadi bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, yang telah memberi kemerdekaan kepada bangsa ini serta memberi karunia alam yang indah dan kaya.
Bukan justru melahirkan pertikaian, permusuhan dan kerusakan. Begitulah peristiwa Pemilu se-eloknya menjadi sebuah peristiwa budaya yang besar.
Baca: Faldo Maldini Tak Diberi Kesempatan Bicara, Najwa Shihab Tegur Jansen: Teman Sendiri Biarkan Bicara
Lantas kini kita bertanya, apakah peristiwa Pemilu kita saat ini adalah sebuah peristiwa budaya? Peristiwa budaya selalu bersifat kolektif kolegial, berangkat dari kesadaran jiwa menuju kemuliaan sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Peristiwa budaya adalah peristiwa yang seirama dengan hakikatnya kehidupan masyarakat manusia. Masyarakat secara kolektif adalah subjek dari peristiwa politik jika kita ingin menilai peristiwa itu sebagai peristiwa budaya.
Peristiwa politik yang kita jalani saat ini, kalau diilustrasikan, seperti peristiwa mekanisme pasar. Kebutuhan diciptakan sepihak oleh pemilik produk melalui imaji (angan-angan) media iklan dan pencitraan.