Benarkah Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia Meningkat?
Sumber:
Debat Pilpres 2019
Tanggal publish: 13/04/2019
Berita
Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02 menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia salah arah, sehingga menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan.
“Seperti China, dalam 40 tahun mereka hilangkan kemiskinan, contoh berani belajar dari yang hebat,” ucap Prabowo Subianto.
Hasil Cek Fakta
Angka ini menurun 0,005 poin jika dibandingkan dengan Rasio Gini pada Maret 2018 yang sebesar 0,389. Sementara itu, jika dibandingkan dengan posisi September 2017 yang sebesar 0,391, maka angkanya turun 0,007 poin.
Skor Rasio Gini mendekati 0 mencerminkan kian sempitnya ketimpangan di suatu wilayah. Adapun ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah atau yang dikenal dengan ukuran Bank Dunia.
Berdasarkan ukuran ini, tingkat ketimpangan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40% terbawah angkanya di bawah 12%, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12%–17%, serta ketimpangan rendah jika angkanya berada di atas 17 %.
Pada September 2018, persentase pengeluaran pada kelompok 40% terbawah adalah sebesar 17,47%, yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah. Kondisi ini naik jika dibandingkan dengan Maret 2018 yang sebesar 17,29% dan September 2017 yang sebesar 17,22%.
Hal ini memberikan arti bahwa secara nasional, telah terjadi perbaikan tingkat ketimpangan selama periode September 2017–September 2018.
Rujukan