Indonesia

Kekhawatiran terhadap Peran WhatsApp dalam Penyebaran Kabar Palsu Meningkat

Kekhawatiran terhadap Peran WhatsApp dalam Penyebaran Kabar Palsu Meningkat

Kekhawatiran terhadap Peran WhatsApp dalam Penyebaran Kabar Palsu Meningkat

 

Polisi India telah menghubungkan puluhan pembunuhan dan serangan serius dengan desas-desus yang tersebar di layanan perpesanan WhatsApp dalam beberapa bulan terakhir. Peristiwa terbaru adalah dua  orang yang ditarik keluar dari mobil mereka dan dipukul sampai mati oleh massa yang menuduh mereka mencuri anak-anak yang desas-desusnya beredar luas melalui WhatsApp.

Di Brasil, WhatsApp disalahkan atas wabah demam kuning setelah digunakan untuk menyebarkan video dan pesan audio antivaksin. Di Kenya, admin grup WhatsApp dideskripsikan sebagai sumber utama berita palsu bermotif politik selama pemilihan baru-baru ini. Di Inggris terdapat tanda-tanda bahwa layanan pesan WhatsApp digunakan sebagai saluran untuk disinformasi.

Analisis baru oleh Institut Reuters Universitas Oxford menemukan bahwa pengguna di seluruh dunia membaca lebih sedikit berita di Facebook dan semakin beralih ke WhatsApp yang memiliki pengguna 1,5 miliar pengguna aktif di seluruh dunia  untuk berbagi dan mendiskusikan berita.

Nic Newman yang ikut serta dalam laporan Reuters dan Universitas Oxford mengatakan bahwa dalam beberapa hal WhatsApp tidak berbeda dengan percakapan biasa, tetapi yang membuatnya berbeda adalah kecepatan penyebaran berita. Alasan mengapa orang-orang pindah ke WhatsApp adalah karena mereka mendapatkan lebih banyak privasi. Jika  berada dalam rezim otoriter, orang dapat menggunakannya untuk berbicara dengan aman tentang politik, tetapi itu juga dapat digunakan untuk maksud jahat.  

Newman mengatakan pengaturan privasi WhatsApp menyulitkan untuk memastikan skala misinformasi pada layanan. Ia menekankan bahwa hal ini baru awal dan ia punya firasat ini akan menjadi cerita yang jauh lebih besar (nanti).

WhatsApp memungkinkan pengguna mengirim pesan, tautan, gambar, dan video ke pengguna lain. Tidak seperti Facebook, Twitter dan Instagram, tidak ada algoritma yang memutuskan konten mana yang diperlihatkan kepada pengguna, tidak ada kemampuan bagi perusahaan luar untuk membeli iklan dan diskusi terjadi dalam grup pribadi. Penggunaan enkripsi end-to-end di WhatsApp  berarti bahwa tidak seorang pun – bahkan pencipta aplikasi yang dapat mencegat dan memantau pesan antarpengguna.

Hal ini telah membuat marah para pejabat pemerintah di seluruh dunia, termasuk di Inggris yang ingin memiliki kemampuan untuk memantau perilaku yang berpotensi ilegal. Hampir mustahil bagi WhatsApp sendiri untuk mencegat informasi yang salah yang dibagikan.  Bahkan mengukur bagaimana sebuah cerita menyebar di WhatsApp hampir tidak mungkin.

Para pengguna Inggris merasakan hal ini baru-baru ini ketika sebuah rumor menyebar bahwa David dan Victoria Beckham akan mengumumkan perceraian mereka. Banyak spekulasi, yang dibantah keras oleh Beckham, berasal dari serangkaian pesan rekaman layar yang menyebar melalui WhatsApp, diduga dari orang-orang di industri PR yang memiliki jalur di dalamnya.

Sumber: The Guardian



Original Source : https://stophoax.id/blog/post/kekhawatiran-terhadap-peran-whatsapp-dalam-penyebaran-kabar-palsu-meningkat-2708